SELAMAT DATANG DI HUNIAN SASTRA

SELAMAT DATANG DI HUNIAN PECINTA SASTRA INDONESIA

AYO KITA BELAJAR MENGEKSPRESIKAN DIRI DENGAN MENULIS DAN MENULIS!

Kamis, 06 Oktober 2011

PAKET MAYAT karya M. Shoim Anwar

Membaca cerpen M. Shoim Anwar kita akan di bawa ke kejadian-kejadian yang mengejutkan, sastrawan yang lahir di Jombang Jawa Timur ini telah memberi arah baru dalam kesusastraan Indonesia, baru dalam ceritanya dan gaya bahasanya.

Gaya bahasa yang digunakan dapat dianggap sebagai gaya yang baru dan berbeda, walau settingnya diluar negeri namun M. Shoim Anwar tidak menghilangkan bahasa-bahasa akrab yang biasa di gunakan di Indonesia dalam percakapan antar tokoh, kita lihat pada dialog Aku dan Suparjan, “Ya untuk sangu berangkat saya ke sini ini.” kata “Sangu” bisa saja di tulis dengan “uang saku” atau “biaya” tapi pengarang punya perhitungan lain, dengan bahasa yang sederhana pengarang menyampaikan cerita, membuat pembaca serasa akrab dengan cerita.

Selain unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra, Sastra juga mendapat pengaruh dari agama, adat istidat, hukum, pendidikan, politik serta sosial, dalam pengertian sastra adalah segala tulisan yang mengakibatkan beberapa pemikiran, jika kita lihat lebih dalam cerpen ini terdapat pengaruh fungsi-fungsi sosial.
Teori sosial sastra sudah muncul sejak sebelum masehi. Sastra di anggap sebagai unsur kebudayaan yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi masyarakatnya, karena pada awal perkembangannya tidak dapat di pisahkan dari kegiatan sosial. Dalam bukunya yang berjudul Teori Kesusastraan Wellek dan Warren menyinggung tentang masalah sastra dan masyarakat.

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik satra tradisional seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra “menyajikan kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. (Welleck & Warren, 1990:109).
Novelis tidak mempunyai jalan pintas. Dunia yang diciptakannya akan dikontraskan dengan kebanaran di bidang ilmu sosial. Fungsi utama sastrawan adalah membuat manusia melihat apa yang sehari-hari ada didalam kehidupan, dan membayangkan apa yang secara konseptual dan nyata sebenarnya sudah di ketahui (Welleck & Warren, 1990:30-31).

Dari kutipan-kutipan di atas kita dapat melihat karya sastra juga dapat di jadikan kritikan atau penyampain pesan pada masyarakat, dan kebanyaakan karya satra ditujukan utuk para pemimpin-pemimpin bangsa. Kritikan tak harus dengan dengan kata-kata yang yang menentang atau kekerasan, tetapi penolakan juga bisa disampaikan dengan bahasa yang santun, indah, dan perlambangan.

Suparjan adalah adik iparku. Sudah sembilan bulan dia bekerja di sini. Dulu aku menyarankan agar dia masuk lewat jalur resmi. Tapi rupanya dia punya perhitungan lain. Dia ikut-ikutan jalur gelap. Aku membayangkan pasti dia diangkut kapal laut saat malam hari. Ketika jarak sudah dekat, dia pasti dipaksa mencebur ke laut dan berenang ke tepi hutan. (150)

Penggalan cerpen diatas menerangkan begitu sengsaranya menjadi seorang bekerja liar, yang selalu takut adanya operasi sampai rela berenang dilaut, disini kita lihat pengarang menyampaikan agar tidak ada lagi pekerja liar seperti Suparjan, hendaknya kita lewat jalur resmi agar tidak di hantui rasa ketakutan. Karya sastra juga menyampaikan cermin keadaan masyarakat walaupun tidak mutlak.

Banyak tenaga proyek, apalagi diperkebunan, adalah pekerja liar. Polisi juga tahu itu tapi tak mau operasi di wilayah proyek. Para pekerja liar sengaja di manfaatkan dengan segala posisi lemahnya. Ada banyak cerita, ketika proyek menjelang rampung, polisi sengaja polisi sengaja didatangkan untuk menggerebek mereka. Parapekerja berlarian. Maka mereka tak terbayar. (151)

Kutipan tersebut dapat bermanfaat sebagai wacana bagi pembaca. Ternyata pekerja liar pun di Malaysia di perlukan untuk kepentingan sepihak, tapi semua tak lepas dari diri pekerja sendiri yang telah memutuskan untuk menjadi pekerja liar.

Terlihat juga dataran hijau yang dan tampak botak disana-sini. Itu pasti hutan yang gundul karena kayunya dicuri oleh para pembalak dan cukong. Mereka ada yang bersekongkol dengan para pejabat, aparat keamanan, serta pekerja hukum. Sungai tampak berkelok-kelok menanggung beban yang makin sarat. Dataran yang luas tapi porak-poranda. Penduduknya terlunta-lunta. Sementara pejabatnya sibuk memperebutkan kursi kekuasaan. (156)

Terlihat sekali kritik yang diarahkan kepada pemimpin yang tidak bersungguh-bersungguh dalam membela kepentingan rakyat. Pesan-pesan yang disampaikan melalui cerpen ini memberikan peringatan kepada orang-orang yang telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Sepertinya rakyat kecil sudah tidak punya ruang lagi untuk mencari makan di negeri yang sebenarnya kaya dan berlimpah, hingga sebagian besar berlarian menyambung hidup di negeri orang dan kebanyakan terlunta-lunta.

Cerpen ini lahir karena banyak kejadian yang menimpa warga Indonesia seperti apa yang di alami oleh Suparjan ketika di luar negeri terlebih pekerja liar, tapi bukan berarti pengarang menyuarakan keiginan-keinginan masyarakat tertentu, yang pasti pengarang hanyalah mewakili hati nuraninya sendiri, namun ketika kita membaca cerpen ini tidak menutup kemungkinan jika kita merasa terwakili.

Secara global, M. Shoim Anwar dalam cerpen Paket Mayat mengungkapkan upaya penduduk Indonesia untuk melepaskan diri dari kesengsaraan hidup di negeri sendiri. Hal yang menarik dari cerpen ini salah satunya adalah permainan perasaan pengarangnya yang memberikan suasana haru. Dalam cerpennya M. Shoim Anwar pandai menyelipkan pertanyaan yang tersirat dari awal sampai akhir cerita.

Namun, dengan segala keindahan dan kelebihannya, cerpen karangan ketua komite dewan kesenian Jawa Timur ini memikat dan penuh dengan muatan pesan yang dapat di renungkan dan diterjemahkan lebih dalam dan tentuya cerita ini telah membawa suatu kemajuan bagi sastra Indonesia. Tidak rugi jika mencoba untuk membacanya.

Tidak ada komentar: