SELAMAT DATANG DI HUNIAN SASTRA

SELAMAT DATANG DI HUNIAN PECINTA SASTRA INDONESIA

AYO KITA BELAJAR MENGEKSPRESIKAN DIRI DENGAN MENULIS DAN MENULIS!

Jumat, 17 Mei 2013

AKU DAN SANGKURIANG

Masih ingatkah kalian dengan kisah Dayang Sumbi dan Sangkuriang? Pemuda yang ingin mengawini ibunya sendiri. Mungkin ini yng mengilhami buku berjudul Mengawini Ibu entah apa isinya aku belum tahu, aku ikut bedah bukunya ketika di Jogja. Tepatnya di Perpustakaan yang dikelola penulis kondang Muhidin M Dahlan. Itulah kelemahan kita, bedah buku yang tidak dibarengi audien yang telah membaca bukunya. Dan akhirnya pertanyaan yang ada hanya seputar proses kreatif ah klise sekali dan aku bosan. Kita tinggalkan bedah buku dan semacamnya, kembali pada permasalahanku. Jangan kaget akan ku katakana pada kalian jika aku mencintai bapakku. Hampir mirip dengan kisah Sangkuriang hanya bedanya aku wanita mencintai bapak, sedangkan sangkuriang mintai ibuny. Tapi kisahku ini tidak sama dengan sangkuriang. Dayang Sumbi waktu itu memang masih muda dan cantik karena doanya pada Dewa, hingga saat bertem dengan Sangkuriang, Dayang Sumbi terlihat seumuran. Wajar jika Sangkuriang mencintai ibundanya yang jelita. Berbeda denganku. Aku dan bapak selisih 25 tahun. Pasti sulit untuk seseorang mengerti apa yng aku alami. Aku mencintai bapakku sendiri yang telah berusia empat puluh delapan tahun. Apakah aku lama berpisah dengan bapak? Tidak. Dari kecil aku mulai mencintai bapak. Bapakku berwajah tampan, hingga umurku yang ke 23 aku belum pernah melihat laki-laki setampan bapakku. Maka dari itu aku enggan menikah. Karena aku mencintai bapak. Bukan hal mudah mencintai dia, aku harus menghadapi banyak saingan. Terutama ibuku sendiri. Bapak begitu mencintai ibu, selain ibu berparas cantik, ibu memang wanita hebat. Walau aku tak secantik ibuku, tapi mudah sekali menarik lawan jenis. Dan semua laki-laki yang jatuh ke pelukanku hanya menjadi kelinci percobaanku untuk menaklukkan bapakku. Kadang aku ingin membunuh ibuku saat cintaku begitu berkobar. Pernah telah kuasah pisau, diam-diam aku masuk ke biliknya yang senantiasa rapi. Hampir ku tancapkan pisau tajam itu, tapi bapak sedang memeluknya. Niatku urung. Aku meraung dibakar api cemburu. Keesokharinya ibu membuatkanku sarapan kesukaanku, nasi goreng dengan berbagai macam campuran sayuran dan tambahan tomat cabe menambah seleraku. Dalam hati aku bergumam. “Jika semalam sudah ku bunuh, maka sekarang aku tak dapat menikmati santapan pagi.” Ku akui aku memang anak durhaka, tak tahu balas budi. Namun aku tak kuasa menolak cintaku pada bapak. Aku ingin duduk bersanding, tidur dalam peluknya yang hangat sebagaimana sering kusaksikan bapak memeluk ibu. Bapak sangat baik padaku, diantara anak-anaknya akulah yang paling disayang. Bukan karena aku paling cantik bahkan mungkin aku paling jelek. Tapi karena aku paling cerdas diantara semua anaknya. Entah berapa saudaraku, aku tak ingat lagi. Yang ada di otakku hanya ada bapak. Tak sempat ku pikirkan yang lain.

Tidak ada komentar: