SELAMAT DATANG DI HUNIAN SASTRA

SELAMAT DATANG DI HUNIAN PECINTA SASTRA INDONESIA

AYO KITA BELAJAR MENGEKSPRESIKAN DIRI DENGAN MENULIS DAN MENULIS!

Kamis, 06 Oktober 2011

PAKET MAYAT karya M. Shoim Anwar

Membaca cerpen M. Shoim Anwar kita akan di bawa ke kejadian-kejadian yang mengejutkan, sastrawan yang lahir di Jombang Jawa Timur ini telah memberi arah baru dalam kesusastraan Indonesia, baru dalam ceritanya dan gaya bahasanya.

Gaya bahasa yang digunakan dapat dianggap sebagai gaya yang baru dan berbeda, walau settingnya diluar negeri namun M. Shoim Anwar tidak menghilangkan bahasa-bahasa akrab yang biasa di gunakan di Indonesia dalam percakapan antar tokoh, kita lihat pada dialog Aku dan Suparjan, “Ya untuk sangu berangkat saya ke sini ini.” kata “Sangu” bisa saja di tulis dengan “uang saku” atau “biaya” tapi pengarang punya perhitungan lain, dengan bahasa yang sederhana pengarang menyampaikan cerita, membuat pembaca serasa akrab dengan cerita.

Selain unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra, Sastra juga mendapat pengaruh dari agama, adat istidat, hukum, pendidikan, politik serta sosial, dalam pengertian sastra adalah segala tulisan yang mengakibatkan beberapa pemikiran, jika kita lihat lebih dalam cerpen ini terdapat pengaruh fungsi-fungsi sosial.
Teori sosial sastra sudah muncul sejak sebelum masehi. Sastra di anggap sebagai unsur kebudayaan yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi masyarakatnya, karena pada awal perkembangannya tidak dapat di pisahkan dari kegiatan sosial. Dalam bukunya yang berjudul Teori Kesusastraan Wellek dan Warren menyinggung tentang masalah sastra dan masyarakat.

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik satra tradisional seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra “menyajikan kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. (Welleck & Warren, 1990:109).
Novelis tidak mempunyai jalan pintas. Dunia yang diciptakannya akan dikontraskan dengan kebanaran di bidang ilmu sosial. Fungsi utama sastrawan adalah membuat manusia melihat apa yang sehari-hari ada didalam kehidupan, dan membayangkan apa yang secara konseptual dan nyata sebenarnya sudah di ketahui (Welleck & Warren, 1990:30-31).

Dari kutipan-kutipan di atas kita dapat melihat karya sastra juga dapat di jadikan kritikan atau penyampain pesan pada masyarakat, dan kebanyaakan karya satra ditujukan utuk para pemimpin-pemimpin bangsa. Kritikan tak harus dengan dengan kata-kata yang yang menentang atau kekerasan, tetapi penolakan juga bisa disampaikan dengan bahasa yang santun, indah, dan perlambangan.

Suparjan adalah adik iparku. Sudah sembilan bulan dia bekerja di sini. Dulu aku menyarankan agar dia masuk lewat jalur resmi. Tapi rupanya dia punya perhitungan lain. Dia ikut-ikutan jalur gelap. Aku membayangkan pasti dia diangkut kapal laut saat malam hari. Ketika jarak sudah dekat, dia pasti dipaksa mencebur ke laut dan berenang ke tepi hutan. (150)

Penggalan cerpen diatas menerangkan begitu sengsaranya menjadi seorang bekerja liar, yang selalu takut adanya operasi sampai rela berenang dilaut, disini kita lihat pengarang menyampaikan agar tidak ada lagi pekerja liar seperti Suparjan, hendaknya kita lewat jalur resmi agar tidak di hantui rasa ketakutan. Karya sastra juga menyampaikan cermin keadaan masyarakat walaupun tidak mutlak.

Banyak tenaga proyek, apalagi diperkebunan, adalah pekerja liar. Polisi juga tahu itu tapi tak mau operasi di wilayah proyek. Para pekerja liar sengaja di manfaatkan dengan segala posisi lemahnya. Ada banyak cerita, ketika proyek menjelang rampung, polisi sengaja polisi sengaja didatangkan untuk menggerebek mereka. Parapekerja berlarian. Maka mereka tak terbayar. (151)

Kutipan tersebut dapat bermanfaat sebagai wacana bagi pembaca. Ternyata pekerja liar pun di Malaysia di perlukan untuk kepentingan sepihak, tapi semua tak lepas dari diri pekerja sendiri yang telah memutuskan untuk menjadi pekerja liar.

Terlihat juga dataran hijau yang dan tampak botak disana-sini. Itu pasti hutan yang gundul karena kayunya dicuri oleh para pembalak dan cukong. Mereka ada yang bersekongkol dengan para pejabat, aparat keamanan, serta pekerja hukum. Sungai tampak berkelok-kelok menanggung beban yang makin sarat. Dataran yang luas tapi porak-poranda. Penduduknya terlunta-lunta. Sementara pejabatnya sibuk memperebutkan kursi kekuasaan. (156)

Terlihat sekali kritik yang diarahkan kepada pemimpin yang tidak bersungguh-bersungguh dalam membela kepentingan rakyat. Pesan-pesan yang disampaikan melalui cerpen ini memberikan peringatan kepada orang-orang yang telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Sepertinya rakyat kecil sudah tidak punya ruang lagi untuk mencari makan di negeri yang sebenarnya kaya dan berlimpah, hingga sebagian besar berlarian menyambung hidup di negeri orang dan kebanyakan terlunta-lunta.

Cerpen ini lahir karena banyak kejadian yang menimpa warga Indonesia seperti apa yang di alami oleh Suparjan ketika di luar negeri terlebih pekerja liar, tapi bukan berarti pengarang menyuarakan keiginan-keinginan masyarakat tertentu, yang pasti pengarang hanyalah mewakili hati nuraninya sendiri, namun ketika kita membaca cerpen ini tidak menutup kemungkinan jika kita merasa terwakili.

Secara global, M. Shoim Anwar dalam cerpen Paket Mayat mengungkapkan upaya penduduk Indonesia untuk melepaskan diri dari kesengsaraan hidup di negeri sendiri. Hal yang menarik dari cerpen ini salah satunya adalah permainan perasaan pengarangnya yang memberikan suasana haru. Dalam cerpennya M. Shoim Anwar pandai menyelipkan pertanyaan yang tersirat dari awal sampai akhir cerita.

Namun, dengan segala keindahan dan kelebihannya, cerpen karangan ketua komite dewan kesenian Jawa Timur ini memikat dan penuh dengan muatan pesan yang dapat di renungkan dan diterjemahkan lebih dalam dan tentuya cerita ini telah membawa suatu kemajuan bagi sastra Indonesia. Tidak rugi jika mencoba untuk membacanya.

...........S.............

Kau sengat aku dengan bibirmu

Desirn halus memenuhi dada

Tak tahu rasa apa itu

Kau buatku menggeliat

bagai ikan terlempar dari aquarium

MENGGELEPAR

Kau menikmati aku terbakar

CERITA LUCU

Hari berlalu
Tanpa masa lalu
Tiada dapat ku henti waktu
Untuk kembali kemasa lalu

Disaat semua masih bersama
Kini semua berpisah
Menempuh jalan berbeda
Menuju tujuan berbeda

Ku rindu...
Senyum kita, canda kita
Cerita-cerita kita nan lucu
Kini jadi kisah pilu

Cerita itu cepat berlalu
Tanpa kembali menyapaku

Tuban, 26 Mei 2006

BANGKIT

Api tlah melalap badanmu
Jangan kau jadi abu
Jadikan tiap kobaran api
Sebagai kobaran semangat baru
Anggaplah...
Tebakar sebuah kesombongan
Keangkuhan, kekikiran, kemurkaan
Bangkit, bangunlah
Ganti....
Jadikan kotaku
Kesederhanaan, kesabaran
Kedermawanan, kebijaksanaan
Biarlah....
Semua sirna
Sisakan semangat bangkitmu
Kota tercintaku

Tuban, 05 Mei 2006

LAUTAN API

Bandung lautan api
Peristiwa ini kembali
Di kota wali yang rapi
Bukan karena musuh

KEKUASAAN

Kakuasaan dan kekalahan
Api amarah tlah tersulut
Membakar gedung-gedung
Wujud amarah di tenggah kekalahan
Pembesar tak dapat di contoh
Anarkis jika kalah

Kotaku...
Jangan kau teteskan airmata
Tetaplah tersenyum
Suka, duka, kalah, menang
Kehancuran, pembangunan
Tetap sebagai liku hidup ini

Tuban, 30 April 2006

ASA

Asa............
Aku menunggumu...
Asa............
Aku menantimu...
Asa............
Aku merindukanmu...
Asa............
Aku ingin mendekapmu...
Asa............
Aku dahaga bertemu denganmu...
Asa............
Aku hanya menemukan bayangmu
Karenamu aku terus bertahan
Bertahan melawan si fana
Asa............
Aku akan segera menemukanmu.

Tuban, Pebruari 2006

DESAIN DERITA

Sulaman benang kehidupan
Akan di jadikan busana tahta
Dapat pula pakaian derita

Adalah luka ....
Saat pakaian derita dikenakan
Berlukis beban dan derita

Kamanakah ku bawa ?!
Diamkah?! larikah?!
Matikah?! Hidupkah?!

Diam?! Aku binggung!
Lari?! Aku bukan pecundang!
Mati?! Aku harus berjuang!
Hidup?! Aku tak sanggup!

Tuban, Pebruari 2006

BUKAN UNTUKMU

Puisi ini tertulis padamu
Namun bukan untukmu
Aku menulis untuk jiwaku
Aku menulis tanpa tinta

Tulisan yang telah terbaca
Namun tiada mengerti maknanya
Ku pikir memang tiada
Tiada yang mengerti

Apa aku mengerti ???
Sepertinya tidak juga
Entahlah siapa yang mengerti
Hanya Dia yang maha tahu.

Tuban, Mei 2006

Lelaki yang Terindah Karya Seno Gumira Ajidarma

Membaca karya-karya Seno kita sering kali dihadapkan dengan kejahanaman cinta yang tidak selalu berakhir dengan bahagia seperti cerita di negeri dongeng. Lelaki yang Terindah salah satu cerita pendek Seno yang terkumpul dalam buku kumpulan cerpen Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, kita kembali di hadapkan dengan cerita cinta yang tak lazim.

Cerpen ini menceritakan adanya hubungan emosional dan seksual sesama jenis (homoseksual) khususnya gay. Cerpen yang merupakan perlawanan terhadap homopobia, perlawanan terhadap gagasan bahwa para pria selalu identik dengan keperkasaan namun mempunyai kemungkinan untuk berhubungan seksual dengan sesama pria.
Seno menceritakan tentang seorang laki-laki gay dan berhasil menjerat jantung laki-laki normal yang dulunya sangat memuja wanita, seperti tampak dalam kutipan berikut:

Aku tidak malu untuk mengakui, aku sangat mengagumi wanita karena kewanitaannya, apapun bentuknya. Apa boleh buat. Tuhan telah menciptakan wanita...
Tapi, kini aku berurusan dengan lelaki. Seorang lelaki terindah di dunia. Telah beratus-ratus, bahkan beribu-ribu lelaki lewat di depan mataku, namun aku tak pernah berpikir untuk mempertimbangkan keindahannya. (Lelaki yang Terindah, h. 51)

Hubungan antara keduanya yang mengidentifikasikan hubugan seksual diungkapkan secara terbuka oleh Seno.

Dan tangannya bergerak membuka ikat pinggangku.
Aku telah diseretnya ke dalam suatu petualangan di negeri entah-berantah. Keringat di tubuhnya yang tembaga, berkilat dalam cahaya malam, membuatnya seperti batu pualam. Pada malam yang sungguh-sungguh jahanam itu, ia telusuri segenap lekuk tubuhku dan kutelusuri segenap lekuk tubuhnya. Begitulah aku digulungnya, seperti gelombang laut menyerbu daratan.

Sastrawan kelahiran Boston 1958 ini melukiskan karakter homoseksual pada tokoh dia merupakan betuk penyimpangan karena dengan sengaja ingin merusak hubungan heteroseksual antara tokoh aku dengan kekasihnya, sedangkan aku tidak bisa menolak untuk jatuh cinta pada seorang wanita. Sastrawan yang namanya tercatat sebagai pengarang sebagai sastrawan garda depan ini melukiskan kemarahan totoh dia pada tokoh aku saat tercium bau wanita ditubuh tokoh aku,

“Diam kamu! Dasar laki-laki mata keranjang! Laki-laki memang tidak pernah bisa dipercaya! Apa kamu pikir tidak ada yang seorangpun yang melihatmu waktu keluar dari mote itu? Apa kamu pikir tidak ada yang mengenali kamu waktu kamu menjemputnya di airpot? Pakai peluk-pelukan lagi! Pakai cium-ciuman segala! Kamu pikir tidak ada yang melihat waktu wanita itu merebahkan dirinya di pangkuan kamu dalam mobil? Kamu penghianat!”

Kemarahan dia tak ubahnya saat seorang wanita melihat kekasihnya selingkuh dan bisa dikatakan kemarahan dia telah sampai pada puncaknya ketika saat diambilnya pedang samurai dan di ayunkan pada aku. Dia yang merasa cintanya terberai, terluka dan sakit hati karena merasa di hianati sang kekasih. Penghianatan membuatnya seolah-olah memiliki dendam yang tanpa ampun sampai ingin memotong kemaluan sang kekasih. Tapi melawan cintanya sendiri dia tidak mampu, bagaimanapun dia tak kuasa menyakiti kekasih. Cinta sungguh-sungguh terlalu sukar untuk dipahami dan dikuasai.

Pada satu sisi Seno dalam cerpen Lelaki yang Terindah, menampilkan cinta sebagai sesuatu yang tercerai berai, penuh kontra yang sangat melukai, serta mustahil untuk diwujudkan secara utuh. Cinta yang tak sampai pada kebahagiaan, ini terlihat di akhir dari cerita dia bunuh diri dengan cara menembak kemaluannya dan aku telah telah ditinggalkan oleh cinta baik cinta oleh wanita maupun oleh lelaki hingga yang tersisa hanyalah hati yang patah, perasaan kosong dan kelabu, serta dihantui dosa.
Namun disisi lain Seno juga menceritakan pula tentang betapa agung dan kuatnya cinta dia pada aku, keindahannya saat bercinta. Namun sayang tokoh dia terlihat terlalu berlebihan dan tokoh aku terlihat sekali tadak punya prinsip karena mudah terpengaruh.

Secara keseluruhan cerpen Lelaki yang Terindah diinterprestasikan bahwa bukan merupakan cerpen yang mendukung homoseksual. Namun berkisar tentang pengetahuan bahwa dalam masyarakat kita ada kehidupan yang dimikian. Karena sastra tidak pernah meninggalkan masyarakat.

Cerpen Air Mata Anakku Karya: M. Shoim Anwar

Cerita pendek karya pengarang kelahiran Jombang Jawa Timur ini benar-benar mengangkat kehidupan sehari-hari yang sudah akrab dengan lingkungan kita, dalam cerita ini kita dapat melihat akibat dari cara didikan yang salah dalam lingkungan sekolah. Terlihat dari kutipan berikut,

Dengan diam-diam kami diberi jalan pintas.

Jalan pintas yang dimaksud dalam kutipan tersebut adalah jalan pintas untuk lulus ketika menghadapi ujian nasional saat SMA, niat para guru adalah membantu anak didiknya agar semua lulus dan tentu saja agar nama sekolah tidak tercemar dengan adanya siswa yang tidak lulus. Namun terlihat ssekali bahwa niat untuk membantu pelaksanaannya menghalalkan segala cara. Tanpa sadar guru menjadi pelopor kecurangan.

Pelajaran agama tentang kejujuran yang diberikan selama tiga tahun dipatahkan dalam tiga hari ketika menghadapi UAS, tentu saja siswa-siswi merasa terbantu dengan adanya jalan pintas yang diberikan oleh guru mereka. Akibatnya nilai sempurna yang mereka dapatkan berbanding terbalik dengan pengetahuan mereka, dan sebagian siswa yang memang benar-benar mengerti harus siap-siap kecewa ketika yang siswa yang biasanya titip absen itu lebih unggul dari dia.

Akibatnya pengalaman yang mereka dapat dari sekolah tentang praktek kecurangan, ketidakjujuran, jalan pintas untuk mendapatkan kelulusan terbawa sampai ketika mereka terjun dimasyarakat, tokok Huki contohnya telah mengamalkan ilmu yang didapat ketika sekolah dulu, walau ilmunya tidak ada dalam catatannya tapi begitu mudah ilmunya melekat dalam ingatannya.

Dalam kehidupannya Huki selalu mengunakan jalan pintas dan tidak mau repot, ini ilmu yang tanpa sadar telah diberikan pihak sekolah padanya, sampai pada akhirnya dia begitu takut kehilangan jabatan yang dia dapatkan secara instan, hingga masa pensiunnya dia tetap terbawa angannya haus akan jabatan yang disandangnya. Anak disini menjadi korban orang tua, karena ketika orang tua yang menanam kemungkinan yang akan menuai hasilnya adalah anaknya, demikian juga kebaikan dan keburukan.

Kekurangan dalam cerpen ini adalah cara penyampaian yang kurang begitu langsung dapat dipahami oleh pembaca, dengan sudut pandang orang pertama yang menceritakan dalam keadaan gangguan kejiwaan. Sebagian pembaca ada juga yang binggung dengan judul karena hanya sedikit disinggung di akhir cerita sebagai berikut.

Tangis anakku tambah mengeras. Air matanya mengenai safariku. Santi, anak perempuan terakhirku, seakan tak rela melepas kepergianku ke kantor. Dia sesenggukan di dadaku. Baju safariku terasa makin basah oleh air matanya.

Cerita yang diutaran lebih dominan pada kehidupan sang tokoh yakni orang tua dari pada sang anak yang dimaksud dalam judul. Dibalik kekuranggan tersebut terletak kelebihan pula bahwa sang pengarang begitu detail menceritakan kisah demi kisah. Hal yang menarik dari cerpen ini salah satunya adalah permainan perasaan pengarangnya yang memberikan suasana haru. Membaca karya M. Shoim Anwar pembaca akan dibawa ke kejadian-kejadian yang mengejutkan.

Dalam kisah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa niat yang baik harus dilaksanakan dengan jalan yang baik pula, apabila dalam suatu lembaga pendidikan diajarkan pola yang seperti dalam cerita tersebut maka ketika siswa-siswi terjun dalam kehidupan masyarakat maka yang terjadi akan menghalalkan segala cara pula untuk kenikmatan dirinya sendiri.

Bekisar Merah karya Ahmad Tohari

Bekisar Merah dan B

elantik hasil Ahmad Tohari berkisah tentang hiruk pikuk kehidupan para tokoh yang hidup di desa kecil Karangsoga, yang kebanyakan penduduknya bekerja sebagai penderes nira kelapa untuk dibuat gula merah kemudian dijual. Terdapat juga sisi lain dari novel tersebut yaitu tentang perdagangan selain gula merah.

Perdagangan tak hanya berlaku untuk barang-barang tertentu, seperti kebutuhan sandang dan pangan. Dalam Bekisar Merah dan Belantik, Ahmad Tohari mengisahkan perdagangan terselubung atas diri anak manusia. Lasi, perawan desa yang mempunyai kelebihan bentuk tubuh dan wajah yang indah, menjadi “barang dagangan baru” yang langka dan sangat berharga bagi ibu Koneng, yang lalu diserahkan ke Ibu Lanting, mucikari tingkat tinggi yang melayani para pejabat, dengan imbalan batu mulia dan kepingan rupiah.

Para pejabat selalu mencari bekisar merah untuk hiasan rumah megah mereka, Bekisar adalah peranakan ayam hutan dan ayam kampung yang mempunyai keindahan bentuk, bulu, dan kokoknya. Lasi sebagai symbol bekisar merah, karena lahir akibat percampuran antara Karangsoga dan Jepang.

Karya-karya Ahmad Tohari identik dengan rasa sakit, keluhan, jeritan seorang wanita. Wanita dijajah dan dihianati. Lasiyah tokoh yang teraniaya, kesetiaan telah diberikan sepenuhkan pada Darsa suaminya yang pertama, ketika Darsa jatuh dari pohon kelapa hingga, bertahun tubuhnya tak berdaya. Lasi dengan penuh kasih mengobati serta merawat Darsa, namun ketika Darsa sembuh, ia berhianat dengan menghamili Sipah.

Akhirnya Lasiyah kabur dan akhirnya Lasi dijadikan barang dagangan, tanpa disadarinya Lasi terjerat pernikahan yang hanya membuat dia dipenjara. Pak Handarbeni menikahi Lasi hanya untuk dijadikan hiasan semata, tak ubahnya seperti bekisar merah. Semua kebutuhan materi tercukupi namun Han tidak bisa memberinakah batin Lasi, karena Han menderita ‘lemah pucuk’. Yang teramat menyakitkan, kala Han member kebebasan Lasi untuk memilih teman laki-laki untuk menyalurkan nafsunya, asal Lasi tetap tutup mulut dan tetap mau menjadi bekisar diistana handarbeni. Tak cukup penderitaan itu, Lasi direbut Bambung. Dan dengan sengaja Handarbeni menyerahkannya, tak ubahanya menyerahkan binatang peliharaan.

Tokoh Lasi tampak begitu lugu, mengikuti aliran air tidak berpikir untuk melawan arus. Tokoh perempuan Ahmad Tohari benar-benar dibuat lemah tidak mampu melawan. Pergulan emosi pembaca dituntun sampai pada akhir cerita, Kanjat berhasil menolong Lasi, menyatukan cinta yang selama ini terpisah. namun sayang akhir cerita sudah bisa tertebak didepan, hingga pembaca tidak mendapat sesuatu yang mengejutkan diparagraf terakhir. Akhir kisah yang identik sama dengan negeri dongeng. Apa memang karena Negara kita sudah terbiasa dengan “akhir yang bahagia”.

Satrawan yang selalu mendapat inspirasi dari desanya ini, menggambarkan kemiskinan penduduk dengan sangat menyentuh. Pemahaman kondisi sosial masyarakat miskin, yang erat kaitannya dengan struktur perdagangan gula yang tidak pernah adil, digambarkan dengan sangat rinci. Kekuatan lain dari karyanya adalah pemaparan yang sangat nyata tentang alam pedesaan.

Pembaca seolah dibawa ke alam pedesaan hingga dapat merasakan angin sejuk pagi hari yang semilir, menyaksikan burung jalak yang memberi makan anak-anaknya, kelentang-kelentung bunyi pongkor, ataupun gemericik sungai Kalirong yang jernih yang airnya mengalir lewat batu-batu berlumut. Pemahaman tentang masalah sumber daya alam juga sangat dalam, misalnya tentang perusakan hutan tutupan oleh penduduk setempat karena faktor kemiskinan mereka.

karena keakrabannya dengan alam pedesaan, dengan enak novelis kelahiran 13 Juni 1948 ini menggambarkan pergulatan tokoh-tokoh dalam ceritanya, cengkeraman struktur politik negara yang selalu tidak adil bagi rakyat kecil. Bahkan pemaparan tentang kehidupan dalam kemiskinan seseorang, di mana yang ada hanyalah kepasrahan total. ketika listrik mulai masuk Karangsoga, pohon-pohon kelapa penduduk harus ditebang. Akibatnya tetu saja menambah susah para penduduk dalam mata pencaharian.

Karena suara mesin gergaji yang terus meraung-raung, makin banyak orang keluar dan berkerumun menyaksikan penebangan pohon-pohon kelapa itu. Tetapi mereka diam. Wajah mereka adalah gambaran kepasrahan. Atau ketidakberdayaan.

Terlihat saat kanjat ingin membuat perubahan dalam pengolahan nira rupanya penduduk Karangsoga belum dapat menerima perubahan tersebut.
“Dalam penelitian ulang kami menemukan pengolahan nira secara masal dengan cara modern yang kami rencanakan ternyata akan menghadapi banyak kesulitan. Para penyadap tak akan mau menjual nira karena hal semacam itu baru bagi mereka. Para penyadap masih sangat sulit menerima perubahan”

Tidak ada alternatif. Kemarahan karena perlakuan yang tidak adil dalam hidup tidak tahu harus ditumpahkan kepada siapa. Kepekaan Tohari dengan kehidupan masyarakat miskin membuat berhenti sejenak dan merenung. Membuat kita berpikir dan merasakan, betapa ada jenis kehidupan lain yang berbeda dengan jenis kehidupan kita. Betapa masih ada tempat dengan keadaan yang masih asing. Namun, sesuatu yang asing tersebut mampu menumbuhkan nurani yang sudah terbiasa oleh kenikmatan materi dalam hidup sehari-hari.

Karya yang cocok untuk dibaca bagi seorang yang masih hidup dalam kekeringan aroma pedesaan, dan jauh dari kesejukan alam. Cocok pula untuk seorang yang masih belum berpengalaman menjelajahi ibu kota, agar lebih bisa membaca keadaan. Harus pandai memanfaatkan keadaan sebelum dimanfaatkan. Karena terkadang ibu kota lebih kejam dari pada ibu tiri.

Apresiasi Puisi

Kupu Malam dan Biniku Karya; Chairi Anwar

Kupu Malam dan Biniku, sebuah puisi karya Chairil Anwar. Puisi yang dari segi bentuk masih terikat dengan aturan-aturan menulis puisi. Bentuknya berbait-bait, dan rimanya begitu diperhatikan.

Penyair yang lahir pada tanggal 22 Juli 1922, ini menulis puisi berjudul Kupu Malam dan Biniku. Puisi bertema pelacur, walau tidak ada kata-kata nyata tentang penjaja kenikmatan. Namun dapat dilihat dari judul. Kupu Malam identik dengan sebutan untuk penggila uang dan seks, yang biasa beterbangan dimalam hari.

Dalam puisi tampak sang aku usai mendatangi kupu malam. Terlihat dari barisan puisi berikut ini; Sambil berselisih lalu// Mengebu debu// Kupercepat langkah. Tak menoleh ke belakang. Ia segera bergegas pulang dan tak ingin lagi mengenang apa yang telah dilakukan.

Baris berikutnya ia mengakui, kalau ia telah mengoreskan luka dihati seseorang atas perbuatannya. Ngeri ini luka-terbuka sekali lagi terpandang// Barah ternganga.
Sang aku mulai teringat, perbuatannya melukai hati istrinya. Yang telah hidup dalam bahtera rumah tangga selama tujuh tahun. Melayang ingatan ke biniku// Lautan yang belum terduga// Biar lebih kami tujuh tahun bersatu.

Namun rupanya ia kembali menghilangkan rasa bersalahnya, dengan mencari kelemahan sang istri. Karena perasaannya mengatakan, mungkin saja selama mereka bersama, tanpa sepengetahuannya, istrinya juga telah menipunya diam-diam. Barangkali tak setahuku// Ia menipuku. Karena istrinya memang bagai Lautan yang belum terduga.

Tikus Berijazah

Sinopsis
Kehidupan yang semua serba mudah dirasakan Ilham dari kecil, lulus SMA dengan modal menjual sawah, ibunya berhasil memasukkan dia menjadi salah satu orang penting di perguruan tinggi swasta ternama di ibu kota. Ketika dia dituntut untuk menenpuh pendidikan lebih tinggi, dengan mudah dia mengambil kuliah yang hanya membayar sekian harga sudah didapat gelar . Kini, ketika Ilham berumah tangga ia selalu dituntut istrinya agar mempunyai pendapatan lebih. Karakter yang sudah dibentuk sejak masih pelajar kini membentuk sosok koruptor pada diri Ilham.

Sementara Laras, anak Ilham dan Wulandari tidak suka dengan kehidupan mewah yang diberikan orangtuanya karena ia mengetahui dari mana ayahnya mendapatkan semuanya. Suatu hari Wulandari selingkuh dengan Rosyid. Tini meninggal, Ilham ketahuan korupsi dan dipenjara. Wulandari lebih memilih Rosyid yang mempunyai segalanya, Ilham dicampakkan. Penyesalan mendera hati Ilham, hanya Laras harapan satu-satunya.

Tokoh-tokoh
Iman Muhtadi sebagai Ilham, suami berusia 40 tahun, koruptor dank keras.
Noordina Fahmiati sebagai Wulandari, istri berusia 37 tahun, matrealis, cerewet.
Titin Supriatin sebagai Laras, gadis berusia 17 tahun, keras kepala.
Siti Sarokha sebagai Tini, nenek berusia 57 tahun, lemah, penuh penyesalan.
Didin Muslim sebagai Rosyid, lelaki berusia 40 tahun, sombong.
Albiyah sebagai Retno, wanita berusia 30 tahun, sabar.

Bagian 1
Sebuah ruang tamu sederhana, hanya ada satu meja dan dua kursi kayu. Gelas berisi air putih masih ada dimeja, dari dalam suara batuk Tini terdengar nyaring. Perlahan dengan langkahnya tertatih ia menghampiri kursi, tetap dengan batuk yang kian nyaring.

Tini : (Membenahi letak jilbabnya) Semoga tidak ada orang yang mengalami seperti aku, (batuk-batuk) hidup hanya menanggung penyesalan (minum).
Retno : Assalamualaikum!
Tini : Waalaikumsalam, kamu Retno?
Retno : Bu Tini pasti belum makan (menyiapkan makanan) makan dulu bu.
Tini : (Terisak, menangis) harusnya anakku yang menyiapkan semua ini, tapi memang sudah nasibku, ini juga kesalahanku dalam mendidik dia.
Retno : Sudahlah Bu Tini makan dulu, tidak ada orang tua yang sengaja mendidik anaknya dengan cara yang salah. Berdoa saja semoga dia cepat sadar.
Tini : Kamu sering bertemu dia di kampus? Bagaimana perlakuannya?
Retno : Pernah, tapi tidak sering bu. Kalau ada rapat-rapat saja, menurut saya wajar saja bu perlakuannya. Tidak lama akan ada rapat dengan yayasan, saya dengan aka nada pemeriksaan kepengurusan.
Tini : Ya, semoga dia tidak kenapa-kenapa saya khawatir.
Retno : ibu berdoa saja. Oya saya pamit dulu bu, mau periksa kandungan. Assalamualaikum.
Tini : Waalaikumsalam. (Mulai memakan sesuap nasi, namun batuknya kian menjadi. Dibawanya nasi dan gelas kedalam)

Bagian 2
Sementara dirumah Ilham semua serba mewah, namun dia tak lagi ingat jika mempunyai seorang ibu yang butuh naungan.
Wulandari : (Mondar-mandir) Ayah ini, belum pulang juga. Sudah sore. Mamapir kemana saja!
Ilham : (menyerahkan tas kerjannya pada Wulandari) Laras apa sudah pulang Bu?
Wulandari : belum (ketus)
Ilham : (Duduk sambil melepas sepatu) kamu kenapa Bu? Suami datang kok ketus begitu. Bukannya dibuatin kopi, menyiapkan air buat mandi. Ayah ini capek seharian kerja!
Wulandari : (Membawa segelas air) capek apa?! Ayah dikantor juga Cuma duduk saja, Ibu sudah hafal. Orang-orang seperti Ayah ini tidak bisa apa-apa, hanya bisa suruh sana suruh sini. Apa yang bisa Ayah lakukan hanya dengan gelar-gelar yang kau dapat secara instan?
Ilham : Bu! Apa maksud Ibu bicara seperti itu? Bagaimanapun pekerjaanku telah banyak memberi kemakmuran pada kehidupan rumah tangga kita.
Wulandari : sejahtera dari mana Yah? Ibu kan sudah lama minta ganti mobil seperti punyanya Bu Warti sampai sekarang tidak dibelikan. Suaminya bu Warti itu juga Cuma guru SMP, buktinya bisa ganti mobil tiap satu tahun sekali. Harusnya kita bisa seperti itu! Ngakunya Rektor di Universitas, tapi istrinya hanya bisa membawa mobil kampungan. (membuang muka)
Ilham : Diam mulutmu! Tak pantas kata-kata itu keluar dari bibir indahmu. Apa yang masih kurang? Perhiasan? Tak pernah jari-jarimu itu lekang dari cincin, pergelangan tanganmu tak pernah sepi dari gelang, lehermu selalu bergantungkan kalung berlian, telingamu tak luput dari anting! Sampai bibirmu tak pernah lepas dari gincu. (sambil bertolak pinggang)
Wulandari : Baru seperti itu saja sudah bangga!
Ilham : (sambil menunjuk) masih kurang?! Apa kau tak tahu? Untuk mendapatkan semua ini aku harus meluluskan mahasiswa yang berani membayar mahal. Kupakai juga uang pembangunan, Semua itu untuk kecukupan keluarga kita.
Wulandari : Harusnya Ayah mendapat lebih banyak lagi, jangan tanggung-tanggung Yah. Jangan kalah dengan Gayus Tambunan yang berani korupsi 28 Milyar. Mumpung ayah masih punya kekuasaan.
Ilham : Bagaimana kalau Ayah ketahuan? Bisa dipenjara Bu. Sepertinya yayasan sudah mulai curiga denganku. Tak lama akan ada pemeriksaan, aku pusing. Sementara kau hanya menuntut. Kamu kira semua ini semudah membalikkan telapak tangan. Kamu juga rela kalau suamimu dipenjara seperti Gayus!
Wulandari : Itu bagaimana Ayah saja, melakukannya dengan rapi.
Laras : (menggebrak pintu) bosan aku! Tiap hari hanya suara-suara menyakitkan telingga kudengar. Tak pantas kemewahan ini disebut rumah! Apa yang mau Ayah Ibu contohkan pada Laras?! Kegaduhan? (marah)
Ilham : Laras! (membentak) Berani kamu membentak orang tua, siapa yang mengajari kamu?
Laras : Yah, bukan Laras membentak orang tua. Tapi sifat orang tua yang tidak bisa menjadi orang tua yang Laras bentak. Laras tahu, seburuk-buruk orang tua tetap mereka bagai kitab suci, yang hanya orang-orang suci yang boleh memegang.(melemah)
Wulandari : kami juga berdebat untuk kepentinganmu Ras, Ibu ingin kamu hidup dalam kecukupan.
Laras : Apa kepentingan Laras? Ibu hanya sibuk dengan kepentingan sendiri, sibuk dengan harta yang selalu kurang menurut Ibu. Laras tak ingin semua ini, Laras juga tahu dari mana ayah mendapat semua ini, Laras tahu Yah.
Ilham : Apa yang kamu tahu? Kau jangan sok baru dua minggu kau jadi mahasiswa, sudah mau mnggurui Ayah.
Laras : Ayah, Laras hanya ingin ayah menghentikan apa yang selama ini ayah lakukan.
Ilham : Kalau kau tak suka, boleh pergi. Cari jalanmu sendiri. (Marah, menampar Laras) memang tak tahu diuntung!
Laras : (Tanpa suara, menatap orang tuanya dengan tajam kemudian meninggalkan rumah)
Wulandari : Laras! (menarik tangan Laras namun tak kuasa menahan)


Bagian 3
Ilham : (Memakai sepatu) Bu, dasiku mana? Ayah buru-buru.
Wulandari : (membawa dasi, memakaikan keleher Ilham) Ayah tidak sarapan dulu?
Ilham : Tidak ada waktu bu, ini ada rapat dengan yayasan.
Wulandari : Apa kita tidak coba mencari Laras Yah? Bagaimanapun dia anak satu-satunya.
Ilham : Itu urusan kamu sebagai ibunya, urusanku mencari nafkah untuk kalian. (sambil berlalu)
Wulandari : Terserah. (bergumam) begitu mudahnya dia melempar taggung jawab seorang anak padaku,dia kan juga Ayahnya. Mencari sendiri? Lebih baik kau suruh aku menghitung uang dan perhiasan sendiri, itu lebih menyenangkan (sambil memainkan semua perhiasan di tangannya)
Rosyid : Assalamualaikum! (sambil mengetuk pintu)
Wulandari : (penuh keheranan, membelalakkan mata) Waalaikumsalam! Kamu Rosyid? Teman mas Ilham kan?
Rosyid : Ya iyalah mbak! Mana Ilham mbak? (sambil memainkan kunci mobil)
Wulandari : Baru saja berangkat ke kampus, ada rapat kepengurusan katanya. Oya katanya kamu di Jogja? Kapan datang? (dengan senyum kekaguman) wah gawat kamu bisa menggeser jabatan Mas Ilham di kampus.
Rosyid : Mbak bisa saja, tapi yang pasti tidak bisa menggeser mas Ilham dari hati mbak Wulan kan?
Wulandari : Husss… kalau ada yang lebih baik kenapa tidak? Kamu mau minum apa? Panas atau dingin?
Rosyid : Dingin saja nanti dihangatkan dengan senyum Mbak Wulan.
Wulandari : Kamu Syid dari dulu tidak berubah, sudah jangan panggil mbak. Memangnya aku sudah tua? Kamu ada perlu dengan mas Ilham? (sambil berlalu mengambil minuman)
Rosyid : Memang boleh aku panggil Wulan? Ehmm…sebenarnya tidak.
Wulandari :Lalu ada perlu apa kau kemari? (membawa segelas minuman, duduk disamping Rosyid, penasaran)
Rosyid: : Menemuimu (sembari meraih tangan Wulan). Dari dulu sebenarnya aku ingin mendapatakanmu, sayang…Ilham mendahuluiku. Sekarang aku sudah punya segalanya, hmm…hanya kau yang belum kumiliki. Aku punya sesuatu buat kamu mbak, eh Wulan. (sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celana)
Wulandari : Apa itu?
Rosyid : (mengambil gelas dari tangan Wulan, menaruhnya dimeja) Kado istimewa, dari orang istimewa, untuk yang teristimewa, coba balikkan badanmu (memasangkan kalung keleher Wulan)
Laras : (menarik kalung yang akan dipasangkan dilehar Wulandari dan melemparnya) Murahan! Apa tidak ada tempat lain untuk melakukan adegan murahan Ibu ini, jangan menambah hina rumah ini. (naik pitam)
Wulandari : (kaget, kehilangan kata-kata)
Rosyid : (tangannya mencoba ramah menyapa Laras) Hey Laras, sudah besar kamu sekarang ya? Ooww sepertinya kalung itu lebih cocok buat kamu. (menujuk arah kalung)
Laras : (Menarik Ibunya dengan amarah) Mana Ayah? Pantas seorang istri menerima tamu tanpa sepengetahuan suami, seisi rumah ini lama-lama bukan hanya bejat tapi juga bodoh! Tak punya otak!
Wulandari : Jaga mulut kamu Laras (mencoba meredam emosi, memeluk Laras) kamu dari mana nak? Tinggal dimana dengan siapa? Ibu cemas.
Laras : Bulsyit semua kata-kata Ibu! Laras sudah tak butuh perhatianmu, (berpaling kearah Rosyid yang tetap mengembangkan senyum) Ternyata lama di Jogja ini yang anda dapatkan, mana adat ketimuran anda Tuan Rosyid yang terhormat? Sebaiknya segara anda angkat kaki dari sini, sebelum kata-kataku menghancurkanmu.
Rosyid : Ok. Aku akan pergi, tapi aku akan kembali dengan membawa kemenangan. (Berlalu)
Laras : Laras kecewa dengan ibu, Laras kembali ingin memperbaiki semuanya tapi semuanya percuma. Laras akan pergi dari sini.
Wulandari : Laras…(mencoba menghentikan)
Laras : (tetap berlalu)
Wulandari : Kenapa Laras harus datang disaat tidak tepat, lebih baik aku pilih Rosyid dan meninggalkan Ilham.

Bagian 4
Kabar dipecatnya Ilham dari Universitas akibat tindak korupsi dana pembangunan gedung, telah menyebar luas. Kini Ilham mendekam di hotel prodeo. Laras menghampiri nenek.
Retno : Ibu bagaimana kabar hari ini? Batuknya sudah mendingan? Ini ada kue Bu dari Kampus. Tadi ada rapat.
Tini : Ilham juga ada Ret?(batuk-batuk, memegang dada)
Retno : Itu yang ingin saya kabarkan pada Ibu. Tapi Ibu harus tabah menerimanya.
Tini : Katakan saja Ret, apapun yang akan terjadi Ibu akan berusaha sabar.
Retno : Ternyata pak Ilham kedapatan korupsi dana pembangunan gedung kampus, kini beliau sedang diproses pihak kepolisian.
Tini : Ini semua salah Ibu, sepeninggal Ayah Ilham Ibu berusaha membahagiakannya. Dulu Ibu begitu berkeinginan Ilham mendapat jabatan penting. Tak begitu sulit dengan modal sawah dan tentu saja karena Ibu punya kenalan orang dalam Ilham langsung menempati posisi rektor di Universitas itu, tentu saja gelar Ilham yang panjang itu hanya sebuah gelar. Ilham tak mempunyai pengalaman atau kecerdasan apapun. Keahlian Ilham hanya memerintah (menarik nafas), kini hanya penyesalan yang Ibu rasakan. (batuk-batuk, memegangi dada yang semakin sesak dan sakit) kini dia harus membayar semuanya.
Laras : Nek! Ibu nek…Ibu selingkuh dengan sahabat Ayah (menangil sambil memeluk Nenek)
Tini : Apa? (memegang dadanya, nafasnya semakin sesak). Nenek sudah lelah mendengar kabar kedua orangtuamu, kenapa malaikat menjemputku dengan cara seperti ini.
Laras : Nenek bicara apa? (melepas pelukan, sambil melihat mata Nenek)
Tini : Ayahmu kedapatan korupsi, Ibumu ketahuan selingkuh. Apa lagi yang Nenek harapkan? Hanya kau Laras…jangan sampai kau seperti mereka. (Akhirnya tak mampu menahan beban tubuhnya dan menghembuskan nafas terakhir)
Laras : Nek, nenek… bangun nek. Nenek harus bangun, Laras tidak punya siapa-siapa lagi. (tangis Laras bersatu dengan dendam dan amarah)
Retno : Ikhlaskan Nenek…mungkin ini jalan terbaik untuknya Laras. Sudah! Ibu akan kabarkan kepada warga. Sebaiknya kau segera member kabar ayahmu.



Bagian 5
Di hotel prodeo Ilham meratapi nasibnya, semua kemegahan yang dibangga-banggakan telah sirna dalam sekejap. Ia meratap, merintih memohon ampun. Laras menemuinya diruang tunggu.
Laras : (menjabat dan mencium tangan Ayah) bagaimana kabar Ayah? Kita harus bisa mengambil hikmah dari semua ini.
Ilham : Seperti yang kamu lihat, Ayah kesepian, Ayah menyesal, Ayah malu denganmu (menitikkan air mata) bagaimana kabar nenek? Ah belum pernah Ayah membahagiakan nenek. Setelah apa yang semua ia lakukan untuk Ayah. Nenek rela hanya bertempat tinggal digubuk, karena semua kekayaan nenek untuk membiayayai Ayah. Kenapa kamu sendirian dimana Ibumu?
Laras : (menahan haru, mengatur nafas) Nenek Yah…
Ilham : Ada apa dengan Nenekmu?
Laras : Nenek… Nenek telah menghadap-Nya.
Ilham : (matanya berkaca-kaca, mulutnya hanya komat-kamit tanpa suara)
Rosyid : (mengandeng tangan Wulandari) Hay sobat… apa tidurmu nyenyak ditempat barumu ini?
Ilham : (Menunjuk Wulan keheranan) Kenapa kamu bersamanya?
Rosyid : Oww… Wanitamu terlalu cantik untuk kau terlantarkan, biarkan dia menghiasi singgasanaku.
Ilham : Biadab! Kalian ternyata menusukku dari belakang. (mengayunkan pukulannya kearah Rosyid)
Laras : (menghentikan tangan Ilham) Hentikan Yah? Jangan kotori tangan Ayah!
Wulandari : Maafkan aku, apa yang kuharapkan lagi dari orang sepertimu, menantimu keluar dari penjara? Harus berapa lama?
Rosyid : Sudahlah sayang, jangan buang waktu. Ayo kita tinggalkan tempat kotor ini, singgasana kita telah menanti. (berlalu dari hadapan Laras dan Ilham)
Laras : Sudahlah Yah, biarkan mereka pergi. Laras akan selalu bersama Ayah, anggap semua ini harga yang Ayah bayar. Semua telah lunas, Ayah harus yakin nanti kita bisa memulainya dengan lebih baik. Laras yakin kita bisa,

Ilham mempunyai waktu untuk memperbaiki dirinya, dalam kesendiriannya Ilham semakin mendekatkan diri pada Ilahi.

Selesai

* di pentaskan di IKIP WIDYA DARMA

Puisi dari Dia

Titian waktu mengayun tak jemu
Ialah derai yang jinakkan langkah itu
Tiap ombak merindu pada dahaga
Impian lahir sunyikan lekuk dada
Nyanyi syahdu itu mengiang selalu

Sepi telah menjelma jadi gemuruh
Udara mengabur di kaca
Puisi menguncup pada bekas luka
Renai tak akan turun malam itu
Interlude telah rekatkan dua dunia
Ada detik yang mengukir cemas
Tratap di jantung mengalir pada bibir
Impian hari kian membukit
Nama menjelma jadi samodra