SELAMAT DATANG DI HUNIAN SASTRA

SELAMAT DATANG DI HUNIAN PECINTA SASTRA INDONESIA

AYO KITA BELAJAR MENGEKSPRESIKAN DIRI DENGAN MENULIS DAN MENULIS!

Jumat, 17 Mei 2013

PUSARAN

“Bagaimana kerja hari ini?” “Tak cukup baik, aku tidak bisa bekerja.” “Masih tentang Papamu itu? Sudahlah lupakan dia.” “Bagaimana kau bisa katakan itu Ndra, kau tahu bagaimana aku mencintainya. Kamu jangan munafik. Kamu juga berat kan melepaskan mamamu?” “Iya Cit, tapi setidaknya aku mengerti tentang dia. Tidak seperti kamu.” “Bagiku aku dan kamu tidak ada bedanya.” “Pesan apa? Jelas beda Cit?” “Terserah kamu, aku tak ada selera untuk makan. Aku sudah seminggu tidak bertemu Papa.” “Malas aku jika kamu bahas dia, kamu harus sadar diri. Memang aku tidak menyalahkanmu tapi setidaknya kamu bisa tahu bagaimana harus bersikap. Aku mencintai mama tapi ku tahu bagaimana untuk kedepannya, jadi aku tetap membuka hati untuk yang lain bukan seperti dirimu” “kamu sama saja dengan orang-orang ku kira kau bisa mengerti apa yang aku rasakan.” “aku mengerti, aku juga merasakannya. Ini memang dosa terindah tapi setidaknya kita bisa mengendalikaan diri.” *** “Pulanglah sayang, sudah malam. Ingat harus lebih dewasa, ini di kantor. Nanti kita jalan-jalan.” Ke: Hc 085231245XXX 22:27:37 “Tidak ada jalan-jalan, Papa tidak memikirkan saya. Dari tadi saya menunggu tapi Papa tidak menghiraukan. Saya tidak akan pulang.” Pengirim: Hc 085231245XXX 22:32:11 “Jangan sayang, ini belum kiamat. Hari esok masih panjang, jangan menyiksa diri. Ingat ya, harus lebih sabar.” Ke: Hc 085231245XXX 22:40:34 “Papa sudah tidak sayang, saya tidak akan pulang sebelum diusir satpam Pa. Saya sudah bilang kita pulang bersama, tapi Papa tega ninggalin.” Pengirim: Hc 085231245XXX 22:45:09 “Ya, besok kita bertemu. Tenangkan diri, ini bertengkar dengan Nyonya kalau keluar lagi.” Ke: Hc 085231245XXX 22:51:10 “Pulang ya? Pulang sayang. Besok malam kita ketemu. Pulang ya? Jangan merendahkan jabatan sekertaris yangg kau pegang. Ya?” Ke: Hc 085231245XXX 23:08:34 “Tidak ada urusannya dengan jabatan.” Pengirim: Hc 085231245XXX 23:11:50 “Pulang sayang. Pulang ya. Apa itu caramu untuk menteror papa? Jangan kau sakiti diri sendiri. Pulang ya?” Ke: Hc 085231245XXX 23:13:13 “Saya memang sakit jiwa. Saya tidak menteror siapapun.” Pengirim: Hc 085231245XXX 23:19:41 “Ayo ini sudah malam, kawanmu pasti cemas. Papa juga jadi tidak tenang sayang.” Ke: Hc 085231245XXX 23:31:15 “Ini kantor mulai gelap, saya mau jalan-jalan saja.” Pengirim: Hc 085231245XXX 23:37:51 “Mau kemana? Nanti kamu bisa diperkosa.” Ke: Hc 085231245XXX 23:38:01 “Saya bisa jaga diri, sudah ponsel saya matikan saja. Selamat istirahat.” Pengirim: Hc 085231245XXX 23:40:01 “Tapi tidak bisa menjaga diri dari kekerasan lelaki, kalau masih anggap Papa. Pulang.” Ke: Hc 085231245XXX Tunda “Nampaknya aku sudah tidak berguna. Ke: Hc 085231245XXX Tunda *** “Aku semakin binggung.” “Kenapa? Ada masalah dengan kekasihmu?” “Iya, dia semakin tak bisa lepas dariku. Bagaimana brondongmu?” “Aku sudah mengingatkan dia, aku sepuluh tahun lebih muda darinya dan sudah berkeluarga. Tapi dia tetap mencintaiku, kemarin ulang tahunku dia membelikan baju dan boneka kucing untukku.” “Dia juga sama, memang akulah yang salah. Seharusnya aku tak menyambut cintanya, harusnya dari dulu aku menyadarkannya. Aku kasihan dan aku juga terlanjur cinta namun tetap rasional. Semalam dia tak mau pulang karena aku tinggal pulang.” “Tiada yang salah, semua sudah ada yang mengatur.” *** “Sekarang di mana?” Ke: Hc 085231245XXX 22:10:02 “Halte.” Pengirim: Hc 085231245XXX 22:10:42 “Apa kamu pingin papa ke sana? Ini udah dirumah.” Ke: Hc 085231245XXX 22:15:15 “Terserah Papa.” Pengirim: Hc 085231245XXX 22:17:50 “Tunggu, jangan kemana-mana. Papa perjalanan.” Ke: Hc 085231245XXX 22:30:01 *** “Kenapa lagi? Apa papa punya salah?” “Papa masih Tanya kesalahan papa dimana?” “Sudah, sekarang mau apa? Pasti belum makan. Ayo makan!” “Tidak, aku tak mau makan. Aku hanya mau sama papa.” *** “Ma, aku ingin bersama mama setiap saat.” “Tapi, adik harus tahu. Saya sudah berkeluarga, adik bisa setiap saat bersama saya jika dikantor seperti ini.” “Aku ingin lebih.” “Ya, kita bisa makan di luar.” “Lebih dari itu.” “Candra, jangan mendekat lagi.” *** Aku tak pernah tahu bagaimana awalnya, aku sangat menyayangi sekertarisku. Dulu dia hanya karyawan biasa, namun karena kepandaiannya, dia aku angkat sebagai sekertaris. Aku menyayanginya seperti anakku sendiri. Ketika ada rapat dia yang mendapingiku. Hingga akhirnya aku mengajak dia ke luar kota. Awalnya aku hanya iseng dari pada sendiri, namun dia langsung mengiyakan. Kita tidur satu kamar di sebuah penginapan kota buah, sudah jelas dingin bukan main. Dia berbaring menghadap tembok, tanpa selimut. Pasti dia kedinginan. Aku selalu mendengar gerak tubuhnya, hingga dini hari dia masih terjaga. Ku beranikan tanganku meraih tubuhnya, dia tidak menolak. Aku membiarkan tanganku meraba dadanya kali ini dia menangkis halus tanganku. Namun aku tetap memeluk erat tubuh dinginnya. Kini hubungan itu semakin jauh, dan begitu mencintaiku. Tak bias lepas lagi. Aku bingung. Bagamana! *** Papa, aku mencintaimu. Tapi kini sepertinya kau semakin menjauh dariku. Dulu awal aku mengatakan rasaku padamu kau sambut dengan hangat. Hingga memnita izin untuk menikmati tubuhku, dengan senang hati ku serahkan. Kau pernah mengirim pesan. Aku mulai berarti dalam hidupmu, kau memintaku untuk tak meninggalkanmu. Tapi kini siapa yang meninggalkan. Kaulah yang meninggalanku Pa. Apa aku menyesal? Tidak, aku akan mengenangmu Pa. mengenang gairahmu, baikmu dan petuahmu. Semua tentang kamu Pa. Jeruk hangat, degan tanpa es dan gula, tanganmu yang selalu memegang perut ketika memimpin rapat. Bau keringatmu. Aku merinduanmu Papa. *** Citra, teman wanitaku mencintai pria 25 tahun lebih tua darinya, gila. Kukira dulu aku paling gila mencintai wanita yang 10 tahun lebih tua. Aku selalu menasihatinya agar jangan merusak rumah tangga orang. Aku selalu bilang habiskan semua lelaki di bumi ini tapi jangan yang punya istri. Hahaha aku tertawa sendiri bagaimana aku menasihatinya, sedang aku sendiri mencinta istri orang. *** Kenapa nasibku hampir sama dengan kawanku, dicintai orang yang jauh lebih muda. Tapi sepertinya gadis yang mencintai kawanku itu lebih parah. Jika aku mendengarkan certia dari temanku, dia ku simpulkan GILA. Bagaimana tidak dia tak bias makan tanpa kawanu, selalu menangis dan selalu, selalu, selalu ingin bersama kawanku. \ Aku terkadang ingin marah dengan gadis itu sealigus kasihan. Tak akan mungkin kawanku ma uterus bersamanya, istrinya jauh lebih cantik, kaya dan terpandang. Sedang gadis itu hanya seorang sekertarisnya yang tidak akan makan jika tak digaji kawanku. Aku menduga kawanku hanya kesihan dengan gadis itu, walau dia tak pernah mengatakan jujur padaku tentang itu. Tapi aku bias menebak, karena kawanku orang yang sangat baik. Bagaimana akhir semua ini, semua seperti mimpi saja. Oh aku ternyata meridukan Candra. Kenangan, Malang 11 Juni 2011

Tidak ada komentar: